Selasa, 09 November 2010

Istana Sang Pemimpin

Suatu hari di masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab salah satu dari Khulafaurrasyidin yang merupakan sahabat terdekat Rasulullah, datanglah seorang Yahudi dari Negeri Mesir yang akan menemui Khalifah Umar Bin Khattab di Madinah.
Si Yahudi tersebut belum pernah bertemu dengan Khalifah Umar Bin Khattab sebelumnya. Dan di tengah perjalanan si yahudi tersebut bertanya pada seseorang yang dia temui dijalan, dia bertanya : "Dimanakah istana Khalifah negeri ini ?",
lalu orang yang ditanya menjawab :"Selepas dhuzur nanti tuan bisa menemui Khalifah Umar  di tempat perisitirahatannya di dekat masjid di dekat pohon kurma."

Lalu si yahudi tersebut membayangkan, alangkah indahnya istana khalifah, dihiasi kebun kurma yang rindang tempat berteduh merintang-rintang waktu. Maka tatkala dia di depan masjid, si yahudi tersebut kebingungan karena di sana tidak ada satupun bangunan megah yang mirip istana. Memang di sana ada pohon kurma tapi cuma sebatang. Dan dibawahnya tampak seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dengan jubahnya yang hampir luntur warnanya tengah beristirahat. Si Yahudi tersebut lalu mendatanginya dan berkata ;"Maaf, saya mau bertemu dengan Umar Bin Khattab.

Sambil bangkit Umar menjawab, "Akulah Umar Bin Khattab". Si yahudi itupun terbengong-bengong, "Maksud saya Umar yang khalifah, pemimpin negeri ini."

Umar pun menjelaskan, "Ya...akulah Umar, pemimpin negeri ini."

Si Yahudi itu pun makin terlongong. Mulutnya terkatup rapat, tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia membandingkannya dengan para rahib Yahudi yang hidupnya serba gemerlapan, dan para raja Israel yang istananya gebyar-gebyar.
Sungguh tidak masuk akal, ada seorang pemimpin negeri yang begitu luas kekuasaannya, tempat istirahatnya hanya di atas selembar tikar, di bawah pohon kurma di tengah langit yang terbuka.

"Dimanakah istana Tuan?" tanya si Yahudi.
Umar menuding, "Di sudut jalan itu,  kalau yang kau maksud adalah kediamanku."
"Maksud Tuan, yang kecil dan kusam itu ?" si Yahudi tambah keheranan.
"Ya, namun itu bukan istanaku, sebab istanaku berada di dalam hati, yang tentram dengan ibadah kepada Allah," sahut Umar sembari tersenyum.

Yahudi itu pun kini tunduk. Kedatangannya yang berniat melampiaskan kemarahan dan tuntutan-tuntutannya, berubah menjadi kepasrahan dengan segenap jiwa-raga, sambil matanya berkaca-kaca ia berkata, "Tuan, saksikanlah, sejak hari ini saya mulai meyakini kebenaran agama Tuan. Izinkanlah saya menjadi pemeluk agama Islam."

Pantas apabila sebuah wejangan mulia mengatakan :
"Nasehat dengan perbuatan jauh lebih berhasil dibandingkan dengan perkataan."



Anda sedang membaca Artikel tentang Istana Sang Pemimpin ndan anda bisa menemukan Artikel Istana Sang Pemimpin ini dengan URL http://laylawaty.blogspot.com/2010/11/istana-sang-pemimpin.html, Anda boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste nya jika Artikel Istana Sang Pemimpin ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, Namun jangan lupa untuk meletakkan Link Istana Sang Pemimpin sebagai Sumbernya.

2 komentar:

  • TUKANG CoLoNG says:
    9 November 2010 pukul 21.24

    setuju->Nasehat dengan perbuatan jauh lebih berhasil dibandingkan dengan perkataan.

  • Soe86 says:
    10 November 2010 pukul 02.01

    ada juga yang bilang (maknanya sama) Satu perbuatan jauh lebih baik dibanding 1000 perkataan. So... Kita g bisa lagi menemukan pemimpin seperi beliau... :(

Posting Komentar