Senin, 15 Februari 2010

DiRajai Malam.....

Sepertiga malam terakhir mulai bergulir
Kerlip tasbih gemintang di angkasa malam tetap berkumandang
Zikir cahya rembulan seakan tak ada penghabisan
Puja-puji serangga malam tiada pernah tenggelam
Membahana di semesta angkasa

Tiap sepertiga malam kulalui dengan terpejam
Berbaring mengukur berapa panjang tempat kutidur
Dihibur nyanyi kidung alam mimpi
Yang akan pergi bila kubangkit berdiri


Sepertiga malam terakhir terus bergulir
Kamarku kian gersang dengan lantainya yang sudah usang
Di sudut ruang dengan cahaya remang
Terbentang sajadah tempat kuberserah
Menghiba diri kepangkuan Ilahi
Namun tak kuasa diri ini menggapainya

Tiap sepertiga malam kulalui dengan terpejam
Di alam mimpi dari dunia tak bertepi
Yang membelenggu hingga dikekang nafsu
Karena diriku dirajai malam bukan merajai malam

Read more »

CERMIN

Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang hina
menatapku penuh cela
senyum tipis di bibirnya hampir sirna
berhias seribu cerca

Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kekufuran diri
tentang syukurku yang telah pergi

Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang penuh puja
menatapku penuh makna
senyum tipis di bibirnyaseakan berkata
kau sangat sempurna

Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kesombongan yang singgah di dalam diri
tentang keangkuhan tanpa kesadaran nurani

Read more »

BILA AKU JATUH CINTA

ALLAH .... Aku minta izin bila suatu saat aku jatuh cinta, jangan biarkan cinta untuk Mu berkurang, hingga membuatku lalai akan adanya engkau Ya Rabb ....

ALLAH ..... Aku punya pinta, bila suatu saat aku jatuh cinta, penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tidak terbatas. Biar rasaku pada Mu tetap utuh Ya Rabb ....

ALLAH .... Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta, pilihkanlah aku seorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu , dan membuatku semakin mengagumi-Mu Ya Rabb....

ALLAH..... Bila suatu saat aku jatuh hati, pertemukanlah kami, berikan kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu Ya Rabb ....

ALLAH .... pintaku terakhir ...... Seandainya aku jatuh hati, jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku. Anugerahkanlah aku cinta-Mu, cinta yang tak pernah pupus oleh waktu.

Sebening mata , sebening hati , sebening itu pula CINTA ILLAHI

Read more »

Rabu, 03 Februari 2010

Islam's Stance on Love and Marriage

Question :
What if two Muslims, a boy and a girl, are deeply in love with each other? Is such thing allowed in Islam?

Answer :
There is a difference between love and romance. Romance, if not checked, may mean wasting time, effort and dignity. Islam teaches us to be truthful and realistic. Besides, the concept of love in Islam is very unique, when a Muslim loves something or somebody, it must be for the sake of Allah; the same applies to hatred. Islam teaches us that marriage is the finest, purest and permissible relationship that should exist between a male and female; it should be the goal that they both have in mind. There is no room in Islam for illicit affairs

The Prophet, peace and blessings be upon him, says: "Three qualities, if found in a person, will help him have perfect faith: Having Allah and His Messenger, peace and blessings be upon him, as the most beloved ones, loving a person only for the sake of Allah and hating getting back to Kufr (disbelief) the way one hates to be thrown into fire."

That means love is a fruit of piety. Love without piety is mischief.

There is no concept of courtship in Islam, There is no dating or living in de facto relationship or trying each other out before committing to each other. There is to be no physical relationship whatsoever before marriage. The romantic notions that occupy the mind of young people often have proven in most cases to be unrealistic and harmful to those involved.

We only have to look at the alarming divorce rate to understand this point. To give an example, the couple know each other for years, are intimate, live together and so on. Yet somehow this does not guarantee the success of the future marriage. Romance and love simply do not result in an everlasting bond between two people.

In most cases, romance and love die out very quickly when couple find themselves with the real world. The unrealistic expectation that young people have is what often contributes to the failure of their relationship.

This is because people are blinded by the physical attraction and thus do not choose the compatible partner. Love blinds people to the extent of overlooking potential problems in the relationship. Arranged marriages, on the other hand, are based not on physical attraction or romantic notions, but rather on critical evaluation of the compatibility of the couple. That is why such marriage often proves successful.

From an Islamic perspective, in choosing a partner, the most important factor that should be taken into consideration is Taqwa (piety and consciousness of Allah). The Prophet, peace and blessings be upon him, recommended the suitors to see each other before going through with marriage procedures. That is very important because it is unreasonable for two people to be thrown into marriage and be expected to have a successful marital life, full of love and affection, when they know nothing of each other. The couple are permitted to look at each other.

This ruling does not contradict the Qur'anic verse that says, “…believing men and women should lower their gaze” (An-Nur: 30). The couple, however, are not permitted to be alone in a closed room or go out together alone. As the Hadith says: "When a man and a woman are together alone, the Shaytan (Satan) makes their third."

One of the conditions of a valid marriage is the consent of the couple. Marriage by definition is a voluntary union of two people. The choice of a partner by a Muslim virgin girl is subject to the approval of the father or guardian. This is to safeguard her welfare and interests. The Prophet, peace and blessings be upon him, said: "The widow and the divorced woman shall not be married until she has consented to that and the virgin shall not be married until her consent is sought." The Prophet did nullify the marriage of a girl who complained to him that her father had married her against her wishes.

Though love is something nice, and it is recommended for a man to marry a woman whom he loves, because the Prophet, peace and blessings of Allah be upon him, said: “There is nothing better for two who love each other than marriage.” (Sahih Al-Jami`, 5200) However, this love should not be overwhelming and cause a person to forget other characteristics which he should look for in the person he wants to marry. The most important characteristic is religious commitment. The Prophet, peace and blessings of Allah be upon him, says: “A woman may be married for four things: her wealth, her lineage, her beauty and her commitment to religion. Choose the one who is religious, may your hands be rubbed with dust [i.e., may you prosper]!

Wwe hope that the main points of the issue have become clear. Now, let’s assume that you are the subject of the hypothesis you draw in your question: On what basis would you like to choose your partner? Wouldn’t you look to her commitment to Islam – does she pray regularly, for example? Does she adhere to the Islamic Hijab prescribed by Shari'ah?

If the lady you want to marry is religious, of good manners, and obeys Allah and His Messenger, and both of you want to please Allah in this world in order to earn reward in the Hereafter, then you have made a perfect choice, and we ask Allah to fulfill your hopes and bring you together in a good way. If she is not, then you should reconsider your choice. May Allah help you to do what He loves and what pleases Him!


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia :

Pandangan Islam dalam cinta dan pernikahan

Pertanyaan :
Bagaimana jika ada 2 orang muslim, laki-laki dan perempuan, Saling mencintai, apakah ini dibolehkan dalam islam ?


Jawab :
Ada perbedaan antara cinta dan romantisme, romantisme hanya buang – buang waktu, tenaga dan merendahkan martabat kita sebagai seorang muslim.
Islam mengajarkan kita untuk Amanah dan realistis. Konsep cinta di dalam islam adalah ketika seorang muslim mencintai seseorang adalah karena Allah dan membenci karena Allah.
Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah hubungan yang paling baik, murni dan dibolehkan antara laki-laki dan perempuan. Dan ini harus menjadi pemikiran dan sikap kita sebagai seorang muslim.

Nabi Muhammad S.A.W bersabda : “Ada tiga jenis manusia yg di dalam dirinya terdapat manisnya iman. Yaitu hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang hanya semata-mata karen Allah dan hendaknya membenci kekufuran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.”

Itu berarti bahwa cinta adalah buah ketakwaan, dan cinta tanpa ketakwaan adalah batil.

Tidak ada konsep pacaran dalam islam, kencan, atau hidup bersama diluar ikatan pernikahan, tidak ada hubungan fisik sebelum pernikahan.

Gagasan romantis yang menempati pikiran orang-orang muda sering, telah terbukti dalam banyak kasus tidak realistis dan berbahaya bagi mereka yang terlibat.

Kita perlu melihat fakta akan tingginya tingkat peceraian yang ada untuk memahami hal ini.
Sebagai contoh : Pasangan yang sudah lama saling mengenal satu sama lain, mereka dekat, hidup bersama, dan lain sebagainya.
Namun hal ini tidak menjamin keberhasilan masa depan perkawinan. Asmara dan cinta tidak menghasilkan ikatan yang kekal antara dua orang.

Dalam banyak kasus cinta dan romantisme, mudah hilang dengan cepat ketika pasangan tersebut berhadapan dengan kenyataan. Harapan yang ternyata tidak sesuai kenyataan yang ada dalam diri pasangannya masing-masing seringkali merupakan faktor pemicu dari perceraian.

Hal ini karena kebanyakan orang dibutakan oeh penampilan fisik, dan tidak memilih pasangan yang sepadan atau yang sesuai. Cinta seringkali membutakan seseorang untuk melihat adanya potensi permasalahan yang akan muncul dalam hubungan pernikahan.

Merencanakan sebuah pernikahan, di sisi yang lain tidak hanya didasarkan pada ketertarikan fisik semata ataupun pemikiran-pemikiran romantis. Tetapi lebih pada evaluasi kritis terhadap kesesuaian dari pasangan. Oleh karena itu pernikahan yang seperti ini seringkali terbukti berhasil.

Dari perspektif Islam, dalam memilih pasangan, faktor yang paling penting yang harus dipertimbangkan adalah Taqwa atau keimanannya. Nabi Muhammad S.A.W., merekomendasikan pelamar untuk melihat satu sama lain sebelum melalui prosedur pernikahan. Itu sangat penting karena tidak masuk akal untuk dua orang yang akan menjalani kehidupan dalam perkawinan dan diharapkan untuk memiliki kehidupan perkawinan yang sukses, penuh cinta dan kasih sayang, ketika mereka tidak mengetahui satu sama lain. Pasangan diizinkan untuk melihat satu sama lain.


Aturan ini tidak bertentangan dengan ayat Al-qur'an Surat An-Nur 30 : “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman laki-laki, supaya mereka merendahkan pandangan mereka ( melihat yang terlarang ) dan menjaga kehormatannya ...”

Pasangan, bagaimanapun, tidak diizinkan untuk berada sendirian di ruang tertutup atau pergi keluar berdua. Seperti Hadis yang menyebutkan : "Ketika seorang pria dan seorang wanita berduaan saja, setan adalah yang ketiga diantara mereka."

Salah satu syarat perkawinan yang sah adalah persetujuan dari pasangan. Perkawinan menurut definisi adalah sebuah kesatuan sukarela diantara dua orang. Pilihan pasangan oleh seorang gadis perawan muslim tunduk pada persetujuan dari ayah atau wali. Nabi shallallahu'alaihi wa sallam
bersabda, : "Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta perintahnya.
Sedangkan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta
ijinnya," Para shahabat berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah ijinnya?"
Beliau menjawab, "Jika ia diam saja."

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma bahwasannya ada seorang gadis yang
mendatangi Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan mengadu bahwa ayahnya
telah menikahkannya, sedangkan ia tidak ridha. Maka Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam menyerahkan pilihan kepadanya (apakah ia ingin
meneruskan pernikahannya, ataukah ia ingin membatalkannya). (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud (no. 2096)).
Meskipun cinta adalah sesuatu yang baik, dan dianjurkan bagi seorang pria untuk menikahi seorang wanita yang dicintainya, karena Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,: "Tidak ada yang lebih baik bagi dua orang yang saling mencintai selain pernikahan. "(Shahih Al-Jami`, 5200)
Namun, cinta ini tidak boleh berlebihan dan menyebabkan orang untuk melupakan karakteristik lain yang harus ia cari dalam diri seseorang yang akan dinikahi. Karakteristik yang paling penting adalah komitmennya dalam agama ( keimanannya ). Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, : ”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya, engkau akan beruntung. ”
Kami berharap bahwa pokok-pokok masalah telah menjadi jelas. Sekarang, mari kita asumsikan bahwa Anda adalah subjek hipotesis dalam pertanyaan: Atas dasar apa yang anda ingin dalam memilih pasangan Anda? Tidakkah Anda melihat ke komitmennya terhadap Islam - apakah ia sholat secara teratur, misalnya? Apakah ia mengikuti Hijab Islam yang ditentukan oleh syari'at?
Jika wanita yang anda ingin nikah adalah taat beragama, memiliki akhlak yang baik, dan menaati Allah dan Rasul-Nya, dan menikah adalah berniat untuk beribadah kepada Allah, maka anda telah membuat pilihan yang sempurna, dan kita memohon kepada Allah untuk memenuhi harapan Anda dan membawa Anda bersama-sama dalam cara yang baik.
Jika dia tidak memenuhi syarat seperti yang digambarkan diatas, maka Anda harus mempertimbangkan kembali pilihan Anda. Semoga Allah membantu Anda untuk melakukan apa yang Dia cintai dan apa yang diridhoi-Nya!

Read more »

Senin, 01 Februari 2010

Kecantikan Sejati

Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku).

Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat.
Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.

Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat.

Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah!

Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. bukhari, Muslim)

Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah.

Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami.

Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya.

Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…?

Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya…

Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)

Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat.

Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….!

Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab.

Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia.

Saudariku… ini adalah sebuah nasihat yang apabila engkau mengambilnya maka tidak ada yang akan diuntungkan melainkan dirimu sendiri.

Disalin dari: Buletin al-Izzah edisi no16/thn III/Muharram 1425 H

(Bulletin ini diterbitkan oleh Forkimus (Forum Kajian Islam Muslimah Salafiyah) Mataram, Lombok, NTB)

Read more »