Rabu, 03 Februari 2010

Islam's Stance on Love and Marriage

Question :
What if two Muslims, a boy and a girl, are deeply in love with each other? Is such thing allowed in Islam?

Answer :
There is a difference between love and romance. Romance, if not checked, may mean wasting time, effort and dignity. Islam teaches us to be truthful and realistic. Besides, the concept of love in Islam is very unique, when a Muslim loves something or somebody, it must be for the sake of Allah; the same applies to hatred. Islam teaches us that marriage is the finest, purest and permissible relationship that should exist between a male and female; it should be the goal that they both have in mind. There is no room in Islam for illicit affairs

The Prophet, peace and blessings be upon him, says: "Three qualities, if found in a person, will help him have perfect faith: Having Allah and His Messenger, peace and blessings be upon him, as the most beloved ones, loving a person only for the sake of Allah and hating getting back to Kufr (disbelief) the way one hates to be thrown into fire."

That means love is a fruit of piety. Love without piety is mischief.

There is no concept of courtship in Islam, There is no dating or living in de facto relationship or trying each other out before committing to each other. There is to be no physical relationship whatsoever before marriage. The romantic notions that occupy the mind of young people often have proven in most cases to be unrealistic and harmful to those involved.

We only have to look at the alarming divorce rate to understand this point. To give an example, the couple know each other for years, are intimate, live together and so on. Yet somehow this does not guarantee the success of the future marriage. Romance and love simply do not result in an everlasting bond between two people.

In most cases, romance and love die out very quickly when couple find themselves with the real world. The unrealistic expectation that young people have is what often contributes to the failure of their relationship.

This is because people are blinded by the physical attraction and thus do not choose the compatible partner. Love blinds people to the extent of overlooking potential problems in the relationship. Arranged marriages, on the other hand, are based not on physical attraction or romantic notions, but rather on critical evaluation of the compatibility of the couple. That is why such marriage often proves successful.

From an Islamic perspective, in choosing a partner, the most important factor that should be taken into consideration is Taqwa (piety and consciousness of Allah). The Prophet, peace and blessings be upon him, recommended the suitors to see each other before going through with marriage procedures. That is very important because it is unreasonable for two people to be thrown into marriage and be expected to have a successful marital life, full of love and affection, when they know nothing of each other. The couple are permitted to look at each other.

This ruling does not contradict the Qur'anic verse that says, “…believing men and women should lower their gaze” (An-Nur: 30). The couple, however, are not permitted to be alone in a closed room or go out together alone. As the Hadith says: "When a man and a woman are together alone, the Shaytan (Satan) makes their third."

One of the conditions of a valid marriage is the consent of the couple. Marriage by definition is a voluntary union of two people. The choice of a partner by a Muslim virgin girl is subject to the approval of the father or guardian. This is to safeguard her welfare and interests. The Prophet, peace and blessings be upon him, said: "The widow and the divorced woman shall not be married until she has consented to that and the virgin shall not be married until her consent is sought." The Prophet did nullify the marriage of a girl who complained to him that her father had married her against her wishes.

Though love is something nice, and it is recommended for a man to marry a woman whom he loves, because the Prophet, peace and blessings of Allah be upon him, said: “There is nothing better for two who love each other than marriage.” (Sahih Al-Jami`, 5200) However, this love should not be overwhelming and cause a person to forget other characteristics which he should look for in the person he wants to marry. The most important characteristic is religious commitment. The Prophet, peace and blessings of Allah be upon him, says: “A woman may be married for four things: her wealth, her lineage, her beauty and her commitment to religion. Choose the one who is religious, may your hands be rubbed with dust [i.e., may you prosper]!

Wwe hope that the main points of the issue have become clear. Now, let’s assume that you are the subject of the hypothesis you draw in your question: On what basis would you like to choose your partner? Wouldn’t you look to her commitment to Islam – does she pray regularly, for example? Does she adhere to the Islamic Hijab prescribed by Shari'ah?

If the lady you want to marry is religious, of good manners, and obeys Allah and His Messenger, and both of you want to please Allah in this world in order to earn reward in the Hereafter, then you have made a perfect choice, and we ask Allah to fulfill your hopes and bring you together in a good way. If she is not, then you should reconsider your choice. May Allah help you to do what He loves and what pleases Him!


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia :

Pandangan Islam dalam cinta dan pernikahan

Pertanyaan :
Bagaimana jika ada 2 orang muslim, laki-laki dan perempuan, Saling mencintai, apakah ini dibolehkan dalam islam ?


Jawab :
Ada perbedaan antara cinta dan romantisme, romantisme hanya buang – buang waktu, tenaga dan merendahkan martabat kita sebagai seorang muslim.
Islam mengajarkan kita untuk Amanah dan realistis. Konsep cinta di dalam islam adalah ketika seorang muslim mencintai seseorang adalah karena Allah dan membenci karena Allah.
Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah hubungan yang paling baik, murni dan dibolehkan antara laki-laki dan perempuan. Dan ini harus menjadi pemikiran dan sikap kita sebagai seorang muslim.

Nabi Muhammad S.A.W bersabda : “Ada tiga jenis manusia yg di dalam dirinya terdapat manisnya iman. Yaitu hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang hanya semata-mata karen Allah dan hendaknya membenci kekufuran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.”

Itu berarti bahwa cinta adalah buah ketakwaan, dan cinta tanpa ketakwaan adalah batil.

Tidak ada konsep pacaran dalam islam, kencan, atau hidup bersama diluar ikatan pernikahan, tidak ada hubungan fisik sebelum pernikahan.

Gagasan romantis yang menempati pikiran orang-orang muda sering, telah terbukti dalam banyak kasus tidak realistis dan berbahaya bagi mereka yang terlibat.

Kita perlu melihat fakta akan tingginya tingkat peceraian yang ada untuk memahami hal ini.
Sebagai contoh : Pasangan yang sudah lama saling mengenal satu sama lain, mereka dekat, hidup bersama, dan lain sebagainya.
Namun hal ini tidak menjamin keberhasilan masa depan perkawinan. Asmara dan cinta tidak menghasilkan ikatan yang kekal antara dua orang.

Dalam banyak kasus cinta dan romantisme, mudah hilang dengan cepat ketika pasangan tersebut berhadapan dengan kenyataan. Harapan yang ternyata tidak sesuai kenyataan yang ada dalam diri pasangannya masing-masing seringkali merupakan faktor pemicu dari perceraian.

Hal ini karena kebanyakan orang dibutakan oeh penampilan fisik, dan tidak memilih pasangan yang sepadan atau yang sesuai. Cinta seringkali membutakan seseorang untuk melihat adanya potensi permasalahan yang akan muncul dalam hubungan pernikahan.

Merencanakan sebuah pernikahan, di sisi yang lain tidak hanya didasarkan pada ketertarikan fisik semata ataupun pemikiran-pemikiran romantis. Tetapi lebih pada evaluasi kritis terhadap kesesuaian dari pasangan. Oleh karena itu pernikahan yang seperti ini seringkali terbukti berhasil.

Dari perspektif Islam, dalam memilih pasangan, faktor yang paling penting yang harus dipertimbangkan adalah Taqwa atau keimanannya. Nabi Muhammad S.A.W., merekomendasikan pelamar untuk melihat satu sama lain sebelum melalui prosedur pernikahan. Itu sangat penting karena tidak masuk akal untuk dua orang yang akan menjalani kehidupan dalam perkawinan dan diharapkan untuk memiliki kehidupan perkawinan yang sukses, penuh cinta dan kasih sayang, ketika mereka tidak mengetahui satu sama lain. Pasangan diizinkan untuk melihat satu sama lain.


Aturan ini tidak bertentangan dengan ayat Al-qur'an Surat An-Nur 30 : “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman laki-laki, supaya mereka merendahkan pandangan mereka ( melihat yang terlarang ) dan menjaga kehormatannya ...”

Pasangan, bagaimanapun, tidak diizinkan untuk berada sendirian di ruang tertutup atau pergi keluar berdua. Seperti Hadis yang menyebutkan : "Ketika seorang pria dan seorang wanita berduaan saja, setan adalah yang ketiga diantara mereka."

Salah satu syarat perkawinan yang sah adalah persetujuan dari pasangan. Perkawinan menurut definisi adalah sebuah kesatuan sukarela diantara dua orang. Pilihan pasangan oleh seorang gadis perawan muslim tunduk pada persetujuan dari ayah atau wali. Nabi shallallahu'alaihi wa sallam
bersabda, : "Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta perintahnya.
Sedangkan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta
ijinnya," Para shahabat berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah ijinnya?"
Beliau menjawab, "Jika ia diam saja."

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma bahwasannya ada seorang gadis yang
mendatangi Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan mengadu bahwa ayahnya
telah menikahkannya, sedangkan ia tidak ridha. Maka Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam menyerahkan pilihan kepadanya (apakah ia ingin
meneruskan pernikahannya, ataukah ia ingin membatalkannya). (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud (no. 2096)).
Meskipun cinta adalah sesuatu yang baik, dan dianjurkan bagi seorang pria untuk menikahi seorang wanita yang dicintainya, karena Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,: "Tidak ada yang lebih baik bagi dua orang yang saling mencintai selain pernikahan. "(Shahih Al-Jami`, 5200)
Namun, cinta ini tidak boleh berlebihan dan menyebabkan orang untuk melupakan karakteristik lain yang harus ia cari dalam diri seseorang yang akan dinikahi. Karakteristik yang paling penting adalah komitmennya dalam agama ( keimanannya ). Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, : ”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya, engkau akan beruntung. ”
Kami berharap bahwa pokok-pokok masalah telah menjadi jelas. Sekarang, mari kita asumsikan bahwa Anda adalah subjek hipotesis dalam pertanyaan: Atas dasar apa yang anda ingin dalam memilih pasangan Anda? Tidakkah Anda melihat ke komitmennya terhadap Islam - apakah ia sholat secara teratur, misalnya? Apakah ia mengikuti Hijab Islam yang ditentukan oleh syari'at?
Jika wanita yang anda ingin nikah adalah taat beragama, memiliki akhlak yang baik, dan menaati Allah dan Rasul-Nya, dan menikah adalah berniat untuk beribadah kepada Allah, maka anda telah membuat pilihan yang sempurna, dan kita memohon kepada Allah untuk memenuhi harapan Anda dan membawa Anda bersama-sama dalam cara yang baik.
Jika dia tidak memenuhi syarat seperti yang digambarkan diatas, maka Anda harus mempertimbangkan kembali pilihan Anda. Semoga Allah membantu Anda untuk melakukan apa yang Dia cintai dan apa yang diridhoi-Nya!
Anda sedang membaca Artikel tentang Islam's Stance on Love and Marriage ndan anda bisa menemukan Artikel Islam's Stance on Love and Marriage ini dengan URL http://laylawaty.blogspot.com/2010/02/islam-stance-on-love-and-marriage.html, Anda boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste nya jika Artikel Islam's Stance on Love and Marriage ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, Namun jangan lupa untuk meletakkan Link Islam's Stance on Love and Marriage sebagai Sumbernya.

0 komentar:

Posting Komentar