Selasa, 14 September 2010

JIKA SUFI BICARA CINTA

Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis..
Debu beralih emas..
Keruh menjadi bening..
Sakit menjadi sembuh..
Penjara berubah menjadi telaga..
Derita menjadi nikmat..
dan kemarahan menjadi rahmat..
Cintalah yang mampu meluluhkan besi..
Menghancurkan batu karang..
Membangkitkan yang mati dan memberikan kehidupan kepadanya..
serta membuat budak menjadi pemimpin.. (Jalaluddin Rumi)

Semua orang mencintai wanita, tetapi mereka berkata:
"Mencintai wanita adalah awal dari sebuah derita."
Bukan wanita yang membuat derita. Tetapi mencintai wanita yang tidak mencintaimulah yang akan menciptakan derita bagimu. (Imam Syafi'i)

Malapetaka paling besar adalah bila engkau mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Atau jika engkau mengharapkan kebaikan seseorang, akan tetapi justru orang itu berharap agar kita celaka atau binasa. (Imam Syafi'i)

Cinta adalah buhulnya iman, dimana orang tidak akan sejahtera maupun selamat dari ancaman Allah tanpa cinta. Maka hendaklah hamba itu berperilaku atas dasar cinta. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)

Jika mata batin Anda tidak mampu menangkap dan mencermati secara seksama terhadap kemuliaan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta dan tidak mampu mencintai-Nya dengan kecintaan yang amat sangat, maka Anda jangan sampai tidak mencintai pemberi nikmat dan yang berbuat baik kepada Anda. Anda jangan sekali-kali lebih rendah daripada seekor anjing, sebab anjing itu mencintai tuannya yang selalu berbuat baik kepadanya. (Imam Ghozali)

Sekiranya aku disuruh memilih umur sampai seratus tahun dan kugunakan untuk beribadah kepada Allah dengan nyawaku diambil hari ini juga, niscaya kupilih nyawaku dicabut sekarang juga, karena rinduku kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang sholeh dari hamba-hambaNya. (Muhammad Mahdi Al-Shifi)

Sholawat dan salam yang kita ungkapkan lewat bibir mungil para bayi yang tersenyum dengan mata telanjang bening berbinar, lebih dari kejujuran hati kita masing-masing.
Sampai Nabi SAW menyebutkan," Tak seorangpun akan menggapai kesempurnaan imannya, sampai Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya ketimbang keluarga, harta, dan sesama manusia. (Muhammad Luqman Hakiem)

Seseorang datang kepada rabi'ah, tetapi ia mengumpat dunia. Rabi'ah lalu mengatakan:
"Rasulullah SAW bersabda: Jika seseorang mencintai sesuatu lebih dari mengingat Allah, lalu ingatannya itu akan membawanya kepada kesia-siaan." (Rabi'ah Al-Adawiyah)

Setiap makhluk dihiasi dengan atribut-atribut kecantikan dan cinta adalah burung yang telah terbang dari sangkar kesatuan bertengger di cabang penampilan dan keserbaragaman. dari kecemerlangan itu megah dari si kekasih, dan dari itu pula ratapan sedih si pencinta.." (Hakim Nuruddin Abdurrahman Jami')

Aku mencintai orang-orang sholeh, meskipun aku belum termasuk golongan mereka. Aku harap semoga aku mendapat syafaat dari mereka.
Aku membenci orang-orang durhaka, meskipun sebenarnya, mungkin, aku termasuk golongan mereka. (Imam Syafi'i)

Amr Bin Geis berkata sambil menangis di waktu menderita sakit yang mengantarkannya pada sakaratul maut :
Saya menangis bukan karena dunia yang kalian cintai, tetapi yang saya tangisi adalah ... Terpisahnya tenggorokanku dari kehausan di musim panas, dan terpisahnya diriku dari bangun malam di musim dingin.(Muhammad Mahdi Al-Shifi)
Anda sedang membaca Artikel tentang JIKA SUFI BICARA CINTA ndan anda bisa menemukan Artikel JIKA SUFI BICARA CINTA ini dengan URL http://laylawaty.blogspot.com/2010/09/jika-sufi-bicara-cinta.html, Anda boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste nya jika Artikel JIKA SUFI BICARA CINTA ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, Namun jangan lupa untuk meletakkan Link JIKA SUFI BICARA CINTA sebagai Sumbernya.

3 komentar:

  • Soe86 says:
    15 September 2010 pukul 07.16

    Postingan bagus sob...
    Aku teringat dengan kisah seseorang (si A), dia mencintai seorang wanita yang sebenarnya tidak mencintainya. Wanita tersebut justru lebih memilih mencintai teman si A. Si A mengetahui akan hal itu, dia pun akhirnya mengalah dengan perasaan Cinta yang terpendam.
    Tanpa disadari oleh siapa pun, si A melakukan perubahan hidup, bekerja lebih giat, menerapkan hidup teratur yang dulunya kacau balau, itu dia lakukan karena merasa 'penolakan' wanita pujaannya disebabkan dirinya yang 'tidak layak' dicintai.
    Perubahan ini positif, namun didasari oleh Cinta. Aku nanya sob, apakah perubahan si A ini (yang menurutku positif) dalam kacamata Islam dapat dinilai positif? (karena hanya didasari oleh Cinta). Maaf, aku masih awam mengenai Islam.

  • Ella's says:
    15 September 2010 pukul 14.47

    Cerita yg menarik sob, sebenarnya dlm setiap sholat kita, kita sdh berikrar :"Inna sholati, wa nusuki, wa mahyaya, wa mamati lillahirobbil alamin. yg artinya sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku ikhlas karena Allah, Tuhan semesta alam.

    Dan ada juga sebuah riwayat :
    Dari Umar bin Khaththab ra, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah saw bersabda; Amal itu hanyalah dengan niat, dan bagi setiap orang (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (dengan niat) kepada Allah dan RasulNya, maka (ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa berhijrah (dengan niat) kepada (keuntungan) dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka (ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada apa yang ia hijrah kepadanya.

    Dari sini ikhlas krn Allah adl kunci dari setiap amal perbuatan kita, kalau dianalisa kasus diatas, perubahan yg terjadi menjadi positif tapi motifasinya krn ingin supaya pantas untuk di cintai ( mungkin kurang lebih seperti itu yg saya tangkap ), bukan karena Allah. maka dia akan menjadi baik selama apa yg menjadi tujuannya belum tercapai, jika seandainya wanita tsb mencintainya lalu apakah dia akan tetapi menjadi baik. Wallahu'alam.

    dalam kacamata islam setiap perbuatan itu motifasinya adl karena Allah semata. mis : ketika kita berbuat baik kpd seseorang ikhlas krn Allah, maka apapun balasannya yg kita dapat tidak akan pernah memudarkan kebaikan kita walapun mungkin orang tsb menyakiti atau mungkin tdk membalas semua kebaikan kita.

    Dan apakah perubahan si A ini dpt dinilai positif dlm kacamata islam.
    kita kembalikan lagi semuanya kepada Allah karena ini adl urusan hati. jadi kalau secara lahiriah kita melihat baik, namun di mata Allah kita tidak tahu.

    Tapi kalau kita kembalikan ke dlm literatur Islam ( hukum syara') maka setiap perbuatan yg bukan karena Allah maka ibaratnya muspro atau sia-sia. Wallahua'alam.

  • Soe86 says:
    15 September 2010 pukul 23.00

    Wallahua'alam...
    Itu kisah yang dialami oleh teman dekat saya. Mudah-mudahan itu semua diRidhoi Allah, Amin.

Posting Komentar