Selasa, 14 Februari 2012

Apa Beda 'To Be' dan 'To Have' ?

Ada dua kata yang sangat menentukan corak hidup kita. Kesalahan memilih kata yang dijadikan sebagai kendali hidup, akan berujung pada kehancuran. Sebaliknya, bila kita tepat memilihnya, maka perjalanan hidup kita akan dipenuhi dengan prestasi dan kemuliaan hidup. Dua kata itu adalah: "To Be..." dan "To Have...".
To Be adalah keinginan kita untuk "menjadi". Keinginan itu dikaitkan dengan proses untuk mengejar prestasi dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki. Contoh dari To Be adalah keinginan untuk menjadi pengusaha terbaik di Indonesia yang mampu mempekerjakan 20 ribu lebih karyawan atau keinginan menjadi manajer terbaik di perusahaan tempat bekerja.

To Have adalah keinginan kita untuk "memiliki" sesuatu. Keinginan tersebut dikatikan dengan proses meraih benda-benda materi atau hasil akhir dari sebuah usaha sebagai bentuk dorongan dari kesenangan duniawinya. Contoh dari To have adalah keinginan untuk mendapatkan gaji, tunjangan, fasilitas, rumah, mobil, popularitas, status, dan pujian.

Perbedaaan To Be dan To Have terletak pada titik tujuan yang hendak dicapai, bukan pada kata-kata. Misalnya, ketika kita mengatakan ingin menjadi manajer terbaik, pernyataan itu bisa berarti To Be, bisa juga To Have. Ini sangat tergantung dari apa yang menjadi fokus pengerjaannya.

Bila yang kita kejar adalah gaji manajer, fasilitas manajer, mendapatkan pengakuan, dan pujian dari banyak orang, maka keinginan itu merupakan To Have. Tetapi kalau yang kita kejar adalah kesempatan berprestasi yang lebih besar dan tanggung jawab sebagai seorang manajer dengan mengerahkan semua kemampuan yang kita miliki, maka keinginan itu merupakan To Be.

Kalau pikiran kita dijejali To Have, maka kecenderuangannya adalah setiap apa yang kita lakukan harus selalu mendapat balasan, terutama yang sifatnya lebih ke materi dan kesenangan duniawi. Kita tidak tertantang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar kalau tidak dibayar setimpal atau mendapat kesenangan duniawi lainnya. Prestasi kerja kita menjadi terbatas karena kita hanya bekerja sesuai imbalan atau balasan yang diterima dari perusahaa. Akhirnya, potensi diri kita stagnan dan tidak akan pernah berkembang.

Ketikan kita mengejar To have, seringkali kita tergoda untuk menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan To Have. Kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Banjaran, adalah salah satu contohnya. Akibat orientasi hidupnya adalah To Have, orang-orang yang terlibat kasus itu hidupnya dipenuhi kegelisahan. Bahkan, sudah ada beberapa pelaku yang mendekan di balik jeruji. Nama baiknya ternoda. Harga diri keluarganya pun anjlok.

Namun demikian, bukan berarti To Have dilarang. Hanya saja, To Have tak boleh dijadikan kemudi hidup. Bila kita ingin punya rumah dan mobil, jangan pikirkan rumah dan mobil mewahnya (To have). Pikirkan prestasi apa yang harus kita raih agar kita mampu membeli rumah dan mobil tersebut. Bill Gates bisa menjadi orang terkaya di dunia setelah dia berpresasi di bidang komputer. M Yunus mendapat hadiah nobel setelah berprestasi di bidang microfinance. C Ronaldo mendapat bayaran mahal setelah ia berprestasi di bidang sepakbola.

Bila kita ingin meraih sukses jangka panjang sekaligus kemuliaan hidup, jadikan To Be sebagai kemudi hidup kita. Sebesar dan sehebat apa pun kita, bila menjadikan To have sebagai kendali hidup, kehancuran menanti kita. Lehman Brothers adalah contoh paling anyar untuk hal ini.

Maka, mari kita jadikan To Be sebagai kendali hidup dan yakin bahwa To Have pasti akan mengikuti kita.
Anda sedang membaca Artikel tentang Apa Beda 'To Be' dan 'To Have' ? ndan anda bisa menemukan Artikel Apa Beda 'To Be' dan 'To Have' ? ini dengan URL http://laylawaty.blogspot.com/2012/02/apa-beda-to-be-dan-to-have.html, Anda boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste nya jika Artikel Apa Beda 'To Be' dan 'To Have' ? ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, Namun jangan lupa untuk meletakkan Link Apa Beda 'To Be' dan 'To Have' ? sebagai Sumbernya.

0 komentar:

Posting Komentar