Setelah Perjanjian Hudaibiyyah  Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memiliki kesempatan untuk  berdakwah yang lebih luas. Beliau mengirimkan banyak surat kepada  pembesar di berbagai negeri menyeru mereka kepada Islam. Berikut ini  adalah kisah tiga orang raja yang berbeda reaksinya ketika menerima  surat dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Perbedaan reaksi ini  berakibat pada perbedaan nasib yang mereka alami.
1- Surat Nabi saw untuk Raja Negus (Penguasa Ethiopia)
Isi surat: 
Dari Muhammad utusan Allah untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia (Ethiopia). 
Salam  bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang tidak ada Tuhan  kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang  Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi bahwa Isa  putra Maryam adalah ruh dari Allah yang diciptakan dengan kalimat Nya  yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan terpelihara.  Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh dari-Nya  sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya. Sesungguhnya  aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan menasihatimu  maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti petunjuk.
Ketika  Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada An-Najasyi  yakni Ashhamah bin Al-Abjar dan menyerunya kepada Islam. Raja An-Najasyi  mengambil surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari  singgasana. Beliaupun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Tholib  radiyallahu ‘anhu.
Beliau lalu mengirimkan surat kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam dan menyebutkan tentang keislamannya.
Raja  An-Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab tahun ke-9  Hijriyyah. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memberitakan hal itu  pada hari wafatnya lalu melakukan shalat ghaib untuknya. Beliau juga  mengabarkan bahwa Raja An-Najasyi kelak akan masuk surga.
2- Surat Nabi saw untuk Raja Heraclius (Kaisar Romawi)
Isi surat:
Dengan  menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari  Muhammad utusan Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung. 
Salam  bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Salain dari pada itu, sesungguhnya  aku mengajak kamu untuk memeluk Islam. Masuklah kamu ke agama Islam maka  kamu akan selamat dan peluklah agama Islam maka Allah memberikan  pahalah bagimu dua kali dan jika kamu berpaling maka kamu akan  menanggung dosa orang orang Romawi. “Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah  (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada  perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah  dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)  sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.  Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa  kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Al-Imron 64
Ketika  Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada Kaisar  Heraklius dan menyerukan kepada Islam. Pada waktu itu Kaisar sedang  merayakan kemenangannya atas Negeri Persia.
Rasulullah  sholallahu ‘alaihi wasallam telah mengirim Dihyah bin Khalifah Al-Kalby  sebagai utusan kepada Kaisar Heraklius penguasa Kekaisaran Romawi,  negara adi daya pada masa itu. Sang Kaisar pun berkeinginan untuk  melakukan penelitian guna memeriksa kebenaran kenabian Rasulullah  sholallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau memerintahkan untuk  mendatangkan seseorang dari Bangsa Arab ke hadapannya.
Abu  Sufyan rodhiyaullahu ‘anhu, waktu itu masih kafir, dan rombongannya  segera dihadirkan di hadapan Kaisar. Beliau diminta berdiri paling depan  sebagai juru bicara karena memiliki nasab yang paling dekat dengan  Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Rombongan yang lain berdiri di  belakangnya sebagai saksi, sehingga beliau tidak berani berbohong. Itulah strategi Kaisar untuk mendapatkan keterangan yang valid.
Maka  berlangsunglah dialog yang panjang antara Kaisar dengan Abu Sufyan  rodhiyaullahu ‘anhu. Kaisar Heraklius adalah seorang yang cerdas dengan  pengetahuan yang luas. (Baca: Dialog Dengan Raja Heraclius Dan  Pengakuannya => Cari disitus ini menggunakan fitur pencarian Diatas)
Dengan  kecerdasan dan keluasan ilmunya Kaisar bisa mengetahui kebenaran  kenabian Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Kaisar  menyatakan :
“Dia (maksudnya Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam) kelak akan mampu menguasai wilayah yang dipijak oleh kedua kakiku ini.” Sedang saat itu Kaisar sedang dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis.
Kaisar  lalu memuliakan Dihyah bin Khalifah Al-Kalby dengan menghadiahkan  sejumlah harta dan pakaian. Kaisar memuliakan surat dari Rasulullah  sholallahu ‘alaihi wasallam namun masih lebih mencintai tahtanya.  Akibatnya adalah di dunia Allah Subhanahu wa Ta’ala memanjangkan  kekuasaannya. Namun dia harus mempertanggungjawabkan kekafirannya di  akhirat kelak.
3- Surat Nabi saw untuk Raja Khosrau II (Penguasa Persia)
Isi surat:
Dengan  menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari  Muhammad utusan Allah untuk Khosrau, penguasa Persia yang agung. 
Salam  bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan RasulNya,  dan bagi orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, Esa,  tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bagi yang bersaksi bawha Muhammad itu  hamba Nya dan utusan Nya. Aku mengajakmu kepada panggilan Allah  sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi seluruh manusia supaya aku  memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya  pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Peluklah agama  Islam maka kamu akan selamat. Jika kamu menolak maka kamu akan  menanggung dosa orang orang Majusi.
Ketika  Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada Kisra  Abrawaiz raja dari Negeri Persia dan menyerunya kepada Islam. Namun  ketika surat itu dibacakan kepada Kisra, iapun merobeknya sambil  berkata, ”Budak rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku.
Ketika  berita tersebut sampai kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam,  beliaupun mengatakan, ”Semoga Allah mencabik-cabik kerajaannya.”
Doa  tersebut dikabulkan. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi  Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan. Kemudian iapun digulingkan  oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Ia dibunuh dan dirampas  kekuasaannya.
Seterusnya  kerajaan itu kian tercabik-cabik dan hancur sampai akhirnya ditaklukkan  oleh pasukan Islam pada jaman Khalifah Umar bin Khaththab radiyallahu  ‘anhu hingga tidak bisa lagi berdiri. Selain itu Kisra masih harus  mempertanggung-jawabkan kekafirannya di akhirat kelak.



 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar