Orang-orang kreatif cenderung berpikir 'outside the box', anugerah kelenturan daya pikir yang ternyata juga dapat diterapkan untuk hal-hal yang menyentuh etika. Sayangnya, menurut penelitian terbaru, orang yang kreatif lebih cenderung tidak jujur.
Dalam serangkaian percobaan yang dimuat dalam Journal of Personality and Social Psychology, peneliti menguji lima kelompok yang terdiri dari masing-masing sekitar 100 orang. Pada tiap kelompok, para peneliti memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemikiran kreatif dan kecerdasan peserta. Kemudian, peneliti memberi peserta tugas-tugas yang dirancang agar peserta dapat berbuat curang dengan mudah.
Para peserta diberi kuis pengetahuan umum yang berisi pertanyaan-pertanyaan seperti "Seberapa jauh lompatan kanguru?" dan "Apa ibukota Italia?". Peserta diberitahu bahwa mereka akan mendapat uang 10 sen untuk setiap jawaban yang benar. Peneliti kemudian meminta peserta tes untuk menyalin jawaban mereka yang dilingkari pada lembaran jawaban soal. Peneliti menjelaskan bahwa ia tak sengaja mengkopi kunci jawaban sehingga jawaban yang benar sedikit terlihat pada lembar jawaban soal.
Para peserta diberi penjelasan bahwa kecurangan apapun tidak akan terdeteksi ketika mereka menyalin jawaban. Namun dalam kenyataannya, setiap kertas jawaban memiliki kode unik yang dapat mengenali masing-masing peserta. Para peneliti menemukan bahwa orang yang mendapat skor tinggi dalam tes kreativitas lebih mungkin berbuat curang ketika mengisi lembar jawaban.
Dalam percobaan kedua, peserta diperlihatkan gambar-gambar garis diagonal dengan titik-titik di kedua sisinya dan diminta menentukan sisi manakah yang memiliki titik lebih banyak. Dalam setengah dari 200 percobaan, hampir mustahil untuk mengatakan sisi manakah yang memiliki lebih banyak titik.
Tetapi peserta sudah diberitahu bahwa mereka akan dibayar 10 kali lebih banyak jika mengatakan bahwa sisi kanan memiliki titik lebih banyak. Orang-orang mednapat skor kreativitas yang tinggi lebih cenderung memilih sisi kanan.
"Dilema seringkali menempatkan orang untuk menimbang dua hal yang bertentangan: keinginan untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri dan keinginan untuk mempertahankan pandangan positif terhadap diri sendiri," kata peneliti, Francesca Gino, profesor bisnis dari Universitas Harvard seeprti dilansir Time Healthland, Rabu (30/11/2011)
Menurut para peneliti, ketidakjujuran dan inovasi adalah dua tema yang paling banyak ditulis di dalam media populer. Namun sampai saat ini, hubungan antara kreativitas dan perilaku tidak jujur belum diteliti secara empiris. Temuan ini menunjukkan bahwa orang yang kreatif atau bekerja di lingkungan yang mendukung pemikiran kreatif mungkin yang paling berisiko ketika menghadapi dilema etika.
"Penelitian kami telah menunjukkan bahwa individu cenderung menyelesaikan ketegangan melalui rasionalisasi: berperilaku tidak jujur untuk mendapat keuntungan dari perilaku tidak etisnya tetapi cukup jujur untuk mempertahankan konsep diri positif sebagai manusia yang jujur," kata Profesor Dan Ariely dari Duke University yang ikut membantu penelitian.
Seperti yang ditunjukkan kedua percobaan di atas, ketidakjujuran yang dilakukan oleh orang-orang kreatif seringkali terlihat samar. Jika tidak bisa benar-benar tahu sisi mana yang memiliki titik lebih banyak, memilih sisi kanan tidak terang-terangan berbuat curang, bukan?
Dalam serangkaian percobaan yang dimuat dalam Journal of Personality and Social Psychology, peneliti menguji lima kelompok yang terdiri dari masing-masing sekitar 100 orang. Pada tiap kelompok, para peneliti memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemikiran kreatif dan kecerdasan peserta. Kemudian, peneliti memberi peserta tugas-tugas yang dirancang agar peserta dapat berbuat curang dengan mudah.
Para peserta diberi kuis pengetahuan umum yang berisi pertanyaan-pertanyaan seperti "Seberapa jauh lompatan kanguru?" dan "Apa ibukota Italia?". Peserta diberitahu bahwa mereka akan mendapat uang 10 sen untuk setiap jawaban yang benar. Peneliti kemudian meminta peserta tes untuk menyalin jawaban mereka yang dilingkari pada lembaran jawaban soal. Peneliti menjelaskan bahwa ia tak sengaja mengkopi kunci jawaban sehingga jawaban yang benar sedikit terlihat pada lembar jawaban soal.
Para peserta diberi penjelasan bahwa kecurangan apapun tidak akan terdeteksi ketika mereka menyalin jawaban. Namun dalam kenyataannya, setiap kertas jawaban memiliki kode unik yang dapat mengenali masing-masing peserta. Para peneliti menemukan bahwa orang yang mendapat skor tinggi dalam tes kreativitas lebih mungkin berbuat curang ketika mengisi lembar jawaban.
Dalam percobaan kedua, peserta diperlihatkan gambar-gambar garis diagonal dengan titik-titik di kedua sisinya dan diminta menentukan sisi manakah yang memiliki titik lebih banyak. Dalam setengah dari 200 percobaan, hampir mustahil untuk mengatakan sisi manakah yang memiliki lebih banyak titik.
Tetapi peserta sudah diberitahu bahwa mereka akan dibayar 10 kali lebih banyak jika mengatakan bahwa sisi kanan memiliki titik lebih banyak. Orang-orang mednapat skor kreativitas yang tinggi lebih cenderung memilih sisi kanan.
"Dilema seringkali menempatkan orang untuk menimbang dua hal yang bertentangan: keinginan untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri dan keinginan untuk mempertahankan pandangan positif terhadap diri sendiri," kata peneliti, Francesca Gino, profesor bisnis dari Universitas Harvard seeprti dilansir Time Healthland, Rabu (30/11/2011)
Menurut para peneliti, ketidakjujuran dan inovasi adalah dua tema yang paling banyak ditulis di dalam media populer. Namun sampai saat ini, hubungan antara kreativitas dan perilaku tidak jujur belum diteliti secara empiris. Temuan ini menunjukkan bahwa orang yang kreatif atau bekerja di lingkungan yang mendukung pemikiran kreatif mungkin yang paling berisiko ketika menghadapi dilema etika.
"Penelitian kami telah menunjukkan bahwa individu cenderung menyelesaikan ketegangan melalui rasionalisasi: berperilaku tidak jujur untuk mendapat keuntungan dari perilaku tidak etisnya tetapi cukup jujur untuk mempertahankan konsep diri positif sebagai manusia yang jujur," kata Profesor Dan Ariely dari Duke University yang ikut membantu penelitian.
Seperti yang ditunjukkan kedua percobaan di atas, ketidakjujuran yang dilakukan oleh orang-orang kreatif seringkali terlihat samar. Jika tidak bisa benar-benar tahu sisi mana yang memiliki titik lebih banyak, memilih sisi kanan tidak terang-terangan berbuat curang, bukan?
Putro Agus Harnowo - detikcom
0 komentar:
Posting Komentar