Ibu Dewi mengeluhkan anak laki-lakinya yang sangat susah makan. Meski sudah berganti-ganti menu, tetap saja selera Echa yang masih berusia 2 tahun 6 bulan itu tak berubah. Kalaupun mau makan, harus main kejar-kejaran dulu atau dikulum saja, itu pun setengah piring tidak habis.
”Mungkin memang pembawaan anak begitu, ya…. Ada masa-masa anak susah makan,” komentarnya.
Tak mau menyerah, Dewi mencoba meminumkan suplemen cair penambah nafsu makan yang dibelinya di apotek. Hanya satu atau dua hari saja Echa doyan makan, setelah itu ia harus diberi suplemen lagi.
Sang nenek lalu menyarankan agar Echa diberikan ramuan temu ireng atau temu hitam tadi. Ternyata berhasil baik. Ramuan berupa perasan rimpang temu ireng berukuran satu jari dicampur dengan gula jawa agar tidak terlalu pahit, terbukti mampu menjadi solusi alami.
”Sesendok air temu ireng membangkitkan nafsu makan Echa 3 sampai 4 minggu. Tak hanya itu, makannya juga tidak cuma dikulum-kulum saja,” ungkap Dewi.
Membunuh cacing
Membaca cerita di atas, sebagian dari kita mungkin teringat sebuah ”ritual” pada masa kecil. Cekokan temu hitam, atau dalam bahasa Jawa disebut temu ireng, sering kali dijadikan solusi jika anak tidak mau atau susah makan. Rasanya yang pahit itulah yang ditakuti anak-anak.
Sugeng Hanafi, pengembang tanaman obat dari Kediri, menilai bahwa ramuan temu hitam sampai sekarang masih terbukti efektif untuk meningkatkan nafsu makan anak dengan sedikit memodifikasi rasa pahitnya. Pemberian gula jawa adalah salah satunya.
Bahkan, menurut dia, ada ibu yang meramunya dengan dicampur sedikit sirup agar anak lebih suka. Tentu saja ramuan ini lebih tepat untuk anak di atas usia setahun karena kemampuan anak menelan dan mengunyah sudah baik.
Temu hitam (Curcumae aeruginosae Rhizoma) merupakan tumbuhan semak. Batangnya berwarna hijau dan agak lunak karena merupakan batang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun. Panjang batang lebih kurang 50 cm. Tingginya dapat mencapai 2 meter.
Tanaman obat ini menghasilkan rimpang berukuran besar, rasanya pahit dan tajam. Sifatnya dingin, bercabang merata, dan merupakan umbi batang. Khasiatnya, antara lain, sebagai obat cacing (anthelmintik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak, meningkatkan nafsu makan (stomatik), dan pembersih darah setelah melahirkan atau haid.
Dari beberapa penelitian efek farmakologis terungkap adanya hubungan pengaruh perasan rimpang temu hitam pada cacing askaris (sejenis cacing parasit di pencernaan) babi in vitro dan kontraksi usus halus (jejunum) marmut.
Perasan rimpang dapat membunuh cacing askaris babi, seperti piperasin sitrat. Cairan rimpang dapat menekan amplitudo kontraksi spontan usus kelinci (F.X. S. Dirdjosudjono, Taroeno, Sudjiman, dkk., Bagian Farmakologi FKH dan Bagian Farmakologi Farmasi, FF UGM).
Berdasarkan penelitian, daya membunuh cacing (anthelmintik) rimpang temu hitam pada cacing askaris babi secara in vitro, ternyata daya anthelmintik minyak asirinya paling kuat dibandingkan dengan perasan ataupun infus temu hitam (Taroeno, Kun Sumardiyah S., dan Sugiyanto, Bagian Biologi Farmasi, FF UGM).
Mudah dikembangkanLebih lanjut Sugeng mengungkapkan, dari pengalaman sehari-hari, temu hitam sebenarnya juga sering dijadikan campuran ramuan untuk berbagai keluhan, tak hanya untuk penambah nafsu makan dan obat cacing alami. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah rimpangnya.
Namun, dalam menyimpan rimpang temu hitam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya setelah dicuci bersih, rimpang dipotong-potong, kemudian dikeringkan. Cara paling baik adalah diangin-anginkan agar kandungan minyak alaminya tidak banyak yang hilang dibandingkan dengan setelah dicuci langsung disimpan ke wadah atau tempat kering.
Untuk pemakaian dalam, terutama dengan cara diminum, gunakan rimpang sebanyak 1-2 jari tangan. Sebaliknya, untuk pemakaian luar, cukup dengan mencuci rimpang segar secukupnya, kupas, dan giling sampai halus. Tambahkan minyak kelapa, aduk merata. Gunakan untuk menutup kudis, borok, dan ruam kulit.
Tanaman ini relatif mudah dikembangkan sebagai tanaman obat keluarga karena karakternya yang relatif mudah hidup atau tidak perlu perawatan khusus. Selain ditanam di pekarangan atau perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400-750 meter di atas permukaan laut.
Jadi, tak ada salahnya mengembangkan tanaman ini sebagai koleksi di pekarangan atau cukup dibudidayakan di pot. Selain tidak memerlukan perawatan yang rumit, juga memiliki manfaat luar biasa.
Meramu ”koneng hideung”
Meramu temu hitam atau dalam bahasa Sunda disebut koneng hideung ini relatif mudah. Berikut beberapa contoh kegunaan ramuannya:
Meningkatkan nafsu makan:
- Ambil temu hitam (seukuran ibu jari tangan), cuci, lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Untuk mengurangi rasa pahit, campur dengan gula jawa atau pemanis (sirup). Setelah dingin, saring, lalu bagi untuk dua kali minum, pagi dan sore hari, sebelum makan.
- Ambil temu hitam (seukuran ibu jari), cuci bersih, lalu parut. Gunakan air perasannya untuk diminumkan ke anak atau sebagai ”cekokan”. Campur dengan gula jawa atau pemanis lainnya, misalnya madu, agar rasanya tidak terlalu pahit. Lebih baik berikan untuk anak di atas usia setahun, saat kemampuan menelan dan mengunyah sudah baik.
Obat cacing:
- Siapkan 25 gram temu hitam, 15 gram bangle, 5 lembar daun sirih, 5 butir biji ketumbar, 4 gram biji pinang. Rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc. Saring, lalu minum.
- Cara lain, air perasan temu hitam seukuran ibu jari dicampur dengan madu dan sedikit air hangat.
Setelah melahirkan:
- Cuci bersih temu hitam (dua jari tangan), buang kulitnya. Tumbuk sampai halus, tambahkan setengah cangkir air panas, lalu aduk hingga merata. Setelah dingin, saring dengan kain dan minum sekaligus. Lakukan selama tiga hari setelah melahirkan.
- Ambil 25 gram temu hitam. Rebus dengan air 400 cc hingga tersisa 200 cc, lalu saring. Tambahkan madu jika perlu. Minum selagi hangat.
Batuk berdahak:
- Cuci rimpang segar temu hitam (25 g), lalu potong tipis-tipis. Rebus dengan dua gelas air sampai mendidih selama 20 menit. Setelah dingin, saring, lalu bagi dua sama banyak untuk diminum pada pagi dan sore hari. Bisa pula dengan menambahkan jahe.
Pereda nyeri haid:
- Ambil 25 gram temu hitam, 20 gram kencur, 20 gram kunyit, 2 ruas asam jawa. Rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring. Minum selagi hangat.
0 komentar:
Posting Komentar