Pagi baru saja merayap, gelap masih mencengkram lemah, sementara subuh sudah terlewati hampir setengah jam yang lalu, dan rona  fajar masih enggan menampakan wajahnya. Dua orang bocah tampak  terburu-buru melarikan diri dari sajadah tempat ia bersujud, berlari  menuju pantai yang saat itu sangat tenang. 
Tiba  dipesisir pantai, sang kakak mencari tempat yang tinggi agar bisa  melihat perahu besar yang katanya akan membawa sekaleng susu untuk  dirinya dan adik-adiknya. Seorang bocah, Husien, berumur 5 tahun tampak  antusias berdialog dengan adiknya yang berusia 3 tahun, bernama Ali.  Sang adik menanyakan kapan segelas susu penuh buatnya akan tiba.
"Adikku  sayang, sabar ya sebentar lagi kita akan meminum susu sampai puas,  tidak seperti hari-hari yg lalu, dimana kita jarang sekali minum susu,  meski hanya setengah gelas, sebab kita harus berbagi dengan adik bayi  kita".
"Iya  kak, aku senang sekali, kata ibu, kita akan mendapat bantuan susu dari  saudara kita dari tempat yang jauh di seberang dunia sana.”, 
“makanya dik, ibu menyuruh kita kemari untuk mengantri, kasihan ibu di rumah sendiri bersama adik bayi. 
“Sejak  ayah pergi dan tak pernah kembali, hanya ibu yang memberi makanan  kepada kita, dan bantuan para tetangga yang baik hati, untuk itu mari  kita doakan dik, agar mereka cepat sampai disini.” 
“Baik kak”. 
Keduanya  lantas merebahkan diri di pasir, menatap langit yang mulai memerah,  mengiringi kepergian bintang-bintang seraya mengharap kepada sang  pencipta untuk mengabulkan doa mereka.
Angin  pantai yang mulai datang perlahan meniup-niup kelopak mata mereka, dan  mereka tertidur hingga sengatan matahari membangunkan kedua bocah yang  mulai terasa lapar itu. “Kak Husien, bangun...bangun.. nanti kita tidak  kebagian susu..” teriak Ali membangunkan kakaknya.” “hmmm..ternyata  sudah siang, ayo kita menuju ke kerumunan orang-orang itu. 
Dua  bocah kecil berlari kencang menuju kerumunan orang yang terlihat lesu  tak besemangat. Sang kakak bertanya pada seorang kakek, “Kakek, mana  susu buat kita, apakah sudah dibagikan, kami harus buru-buru pulang  sebab adik bayi kami pasti kelaparan belum minum susu” 
“Iya  kek, mana jatah untuk kami” kata Ali. “Sabar ya nak, perahu susumu di  rampok oleh tentara jahat itu, jadi kembalilah kepada ibumu..” Sang adik  tertegun...”jadi kita tidak dapat susu ya kak...”
”Iya dik”
Kedua  bocah pun berlari kembali kerumahnya, sesampai dirumah, sang ibu  menanyakan kabar kepada kedua anaknya yang masih balita itu, usia mereka  memang balita, tetapi, fikiran dan tingkah laku mereka terlihat lebih  dewasa dari usia seharusnya, keadaan yg memaksa akibat isolasi tentara  zionis membuat mereka hidup lebih tegar, tidak ada tampang cengeng dan  merajuk seperti anak-anak balita didunia luar sana. 
“bagaimana  nak, dapat susunya?” tanya ibunya dengan tatapan haru. “Tidak bunda,  kata kakek tadi, kapal pembawa susu itu dirampok tentara zionis” jadi  kita tidak dapat susu, jangan menangis ya bunda, sebab aku dan adik  masih bisa kok memerah susu kambing untuk adik bayi, jadi bunda tidak  usah khawatir ya..” , 
“Tidak,  nak, gumam sang ibu dalam hati, bukan bunda yang harusnya jangan  menangis, tetapi kamu dan adikmulah yang seharusnya menangis, karena  jatah susumu hilang diambil orang, Ibu bangga kepada mu nak, kamu tidak  bersedih, malah mengayomi ibu untuk tidak bersedih.
Sambil  mengusap air mata, agar tak terlihat cengeng dimata kedua anaknya sang  ibu berkata. ”Tidak mengapa nak, mungkin belum rezeki kita, memang tidak  seharusnya kita meminta-minta kepada manusia, sebab Allahlah yang  selama ini menjaga kita. Toh meski dalam kondisi yang sulit saat ini dan  ayahmu telah syahid meninggalkan kita, kita masih tetap bisa hidup.  Kita berdoa saja agar Allah tetap menjaga kita dan bangsa ini. Juga kita  berdoa kepada Allah agar saudara-saudara kita dinegeri lain sana tetap  tabah dan kuat untuk kembali mengirimkan susu untuk kamu dan adikmu".
”Iya bu”. kata kedua anaknya serempak
Ini  sebuah batu untuk mu, dan satu batu lagi untuk adikmu, Ali, ganjallah  perutmu dengan batu itu, sampai ibu bisa bertemu dengan orang yang baik  hati, doakan ibu ya nak...”
Nun jauh disana di negeri merdeka bernama INDONESIA,  banyak para keluarga bersama anak-anaknya berkumpul disebuah restoran  terkenal dari AS, restoran yg dimiliki penyandang dana bagi tentara yang  telah merompak susu milik Ali. Secara perlahan, suap-demi suap dari fastfood  yg mereka makan, menjelma menjadi batu-demi batu yang menjadi  pengganjal perut Ali, perut kakaknya Husien dan perut adik  bayinya......Ya Robb
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar